Nama :Tendo Andama Fornando
NIM : 12.02.0031
Kelompok : IV ( empat )
Batu Gamping
1.
Genesa
terjadinya batu gamping
Batu gamping terjadi dengan
beberapa cara, yaitu :
Ø secara organic
Sebagian besar batu gamping
di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang
atau rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang berasal dari kerangka
binatang koral/kerang
Ø secara mekanik/secara kimia
Untuk batu gamping yang
terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya tidak jauh berbeda dengan jenis
batu gamping yang terjadi secara organic. Yang membedakannya adalah terjadinya
perombakan dari bahan batu kapur tersebut yang kemudian terbawa oleh arus dan
biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat semula.
Ø Secara kimia
Sedangkan yang terjadi
secara kimia adalah jenis batu gamping yang terjadi dalam kondisi iklim dan
suasana lingkungan tertentu dalam air laut ataupun air tawar.
Selain hal diatas, mata air
mineral dapat pula mengendapkan batu gamping. Jenis batu gamping ini terjadi
karena peredaran air panas alam yang melarutkan lapisan batu gamping dibawah
permukaan, yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan bumi. Magnesium, lempung
dan pasir merupakan unsur pengotor yang mengendap bersama-sama pada saat proses
pengendapan. Keberadaan pengotor batu gamping memberikan klasifikasi jenis batu
gamping, apabila pengotornya magnesium, maka batu gamping tersebut
diklasifikasikan sebagai batu gamping dolomitan.
Begitu juga apabila
pengotornya lempung, maka batu kapur tersebut diklasifikasikan sebagai batu gamping
lempungan, dan batu gamping pasiran apabila pengotornya pasir. Persentase
unsure-unsur pengotor sangat berpengaruh terhadap warna batu kapur tersebut,
yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu muda, abu-abu tua, coklat, bahkan
hitam. Warna kemerah-merahan misalnya, biasanya disebabkan oleh adanya unsure
mangan, sedangkan kehitam-hitaman disebabkan oleh adanya unsure organic. Batu gamping
dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula kebalikannya. Selain yang
pejal dijumpai pula yang porous. Batu gamping yang mengalami metamorfosa akan
berubah penampakannya maupun sifat-sifatnya. Hal ini terjadi karena pengaruh
tekanan maupun panas, sehingga batugamping tersebut menjadi berhablur, seperti
yang dijumpai pada marmer. Selain itu, air tanah juga sangat berpengaruh
terhadap penghabluran kembali pada permukaan batugamping, sehingga terbentuk
hablur kalsit.
Dibeberapa daerah endapan
batu batugamping seringkali ditemukan di gua dan sungai bawah tanah. Hal ini
terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan yang mengandung CO3 dari udara
maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic dipermukaan, setelah meresap ke
dalam tanah dapat melarutkan batugamping yang dilaluinya. Reaksi kimia dari
proses tersebut adalah sebagai berikut :
CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2 Ca (HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh batugamping tersebut. Secara geologi, batugamping erat sekali hubungannya dengan dolomite. Karena pengaruh pelindian atau peresapan unsure magnesium dari air laut ke dalam batugamping, maka batugamping tersebut dapat berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam batugamping yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada jenis batugamping tersebut.
CaCO3 + 2 CO2 + H2O Ca (HCO3)2 + CO2 Ca (HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam tubuh batugamping tersebut. Secara geologi, batugamping erat sekali hubungannya dengan dolomite. Karena pengaruh pelindian atau peresapan unsure magnesium dari air laut ke dalam batugamping, maka batugamping tersebut dapat berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam batugamping yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada jenis batugamping tersebut.
|
(
Diagram alir penambangan batugamping )
|
(
sketsa pembentukan batu gamping dari batuan induk )
2.
Cara Penambangan Batu Gamping
Pada umumnya deposit batu
gamping ditemukan dalam bentuk bukit, oleh sebab itu
teknik penambangan dilakukan dengan tambang terbuka dalam bentuk kuari tipe
sisi bukit (side
hiil type) Untuk
penambangan skala besar pembongkaran dibantu dengan sistem peledakan beruntun
dibantu peralatan berat antara lain eksavator, bulldozer, ripper (penggaruk),
sedangkan untuk penambangan skala kecil dilakukan dengan alat sederhana antara
lain cangkul, ganco dan sekop.
Apabila skala penambangannya kecil, sistem yang
diterapkan dalam kegiatan penambangan adalah sistem gophering, mengikuti
bagian/jalur batu gamping yang relatif mudah dibongkar, namun dengan alasan
keselamatan kerja sistem gophering tidak dianjurkan. Anda bisa lihat di
berita-berita para penambang tradisional yang tewas tertimpa runtuhan batu dan
tanah karena menggunakan sistem ini.
Sebaiknya penggalian harus diupayakan untuk dimulai
dari bagian paling atas. Pekerjaan awal ini memang relatif sulit karena
pembuatan jalan ke puncak bukit perlu dibuat dan biaya investasi tidak kembali
dengan cepat. Kalau hal ini tidak dilakukan akan ditemui apa yang disebuthigh
wall yang akan menyulitkan kegiatan penambangan selanjutnya. Contohnya
Anda bisa lihat di kawasan Bucend Entrop terdapat dinding bekas penambangan
yang terjal (lurus) sangat dikhawatirkan kalau dindingnya runtuh akibat
pelapukan batu gamping oleh air hujan.
Sangat diharapkan kegiatan penambangan harus
memperhatikan konsep penambangan yang baik (good mining practice) yang beberapa aspek diantaranya adalah aspek
lingkungan dan keselamatan kerja. Kalau dalam penambangan batu
gamping masalah lingkungan yang mencolok adalah kebisingan akibat deru mesin
alat berat yang beroperasi serta debu yang berterbangan akibat lalu-lalang truk
pengangkut material. Sedangkan masalah keselamatan kerja kebanyakan akibat
dinding batu gamping yang runtuh akibat penggalian yang salah sehingga terbentuk hanging wall dan runtuh menimpa para pekerja .
3.
Kegunan dari batu
gamping
Beberapa contoh penggunaan batugamping antara lain :
ü Fondasi rumah/pengeras jalan dan bangunan fisik
lainnya
ü Pembuatan kapur tohor dan kapur padam
ü Bahan bangunan
ü Bahan penstabil jalan raya
ü Bahan baku pembuatan semen Portland
ü pembuatan karbid
ü Bahan tambahan dalam proses peleburan dan pemurnian
baja
ü Bahan pemutih
ü Soda abu
ü Bahan penggosok
ü Pembuatan logam magnesium dari air laut
ü Pembuatan alumina
ü Floatasi
ü pembuatan senyawa alkali
ü Pembasmi hama
ü Bahan pupuk dan insektisida dalam pertanian
ü Bahan keramik
ü Glasir
ü Industri kaca
ü Bata silica
ü Bahan tahan api
ü Penjernihan air.
4.
Esfimilasi cadangan
batu gamping di indonesia
Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar
dan hampir merata di seluruh Indonesia, data yang pasti mengenai jumlah
cadangan batu kapur di Indonesia belum ada, namun secara umum jumlah batu kapur
Indonesia mencapai 28,678 milyar ton (Tushadi Madiadipoera, Direktorat Sumber
Daya mineral, 1990) dengan perincian 61,376 juta ton sebagai cadangan terunjuk
(probable) dan 28,616 juta ton sebagai cadangan terka (Possible). )
5.
Tempat terdapat cadangan
nya
Sebagian besar cadangan batu kapur berada di
Sumatra Barat dengan kisaran cadangan sekitar 23,23 milyar ton atau hampir
81,02 % dari cadangan keseluruhan di Indonesia.
6.
Gambar batu gamping
|
|
|
|